KOLABORASI DENGAN AHLI LAIN
A.
Pengertian
Kolaborasi
Kolaborasi
adalah bentuk kerjasama, interaksi, kompromi
beberapa elemen yang terkait baik individu, lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat
secara langsung dan tidak langsung yang menerima akibat dan manfaat.
Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah tujuan yang sama, kesamaan
persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan manfaat, kejujuran, kasih
sayang serta berbasis masyarakat. (CIFOR/PILI, 2005).
Kolaborasi
menurut beberapa ahli
1. Jonathan (2004) mendefinisikan
kolaborasi sebagai proses interaksi di antara beberapa orang yang
berkesinambungan.
2. Menurut Kamus Heritage Amerika
(2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggabungan
pemikiran.
3. Gray (1989) menggambarkan bahwa
kolaborasi sebagai suatu proses berpikir dimana pihak yang terlibat memandang
aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan
tersebut dan keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
Dari berbagai definisi yang
dikemukakan para ahli, dapat disimpulkan bahwa kolaborasi adalah suatu proses
interaksi yang kompleks dan beragam, yang melibatkan beberapa orang untuk
bekerja sama dengan menggabungkan pemikiran secara berkesinambungan dalam
menyikapi suatu hal dimana setiap pihak yang terlibat saling ketergantungan di
dalamnya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran
pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.
Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8
karakteristik, yaitu:
- Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
- Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian kesuksesan.
- Adanya tujuan yang masuk akal.
- Ada pendefinisian masalah.
- Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
- Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagi pilihan.
- Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
- Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi
A.
Elemen
kunci efektifitas kolaborasi
- Kerjasama menghargai pendapat konseli dan bersedia untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan.
- Asertivitas merupakan hal yang penting ketika konseli dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai.
- Tanggung jawab mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
- Komunikasi setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai isu yang terkait..
- Konsep dengan arti yang sama mutualitas dimana individu mengartikannya sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi proses dinamis antara orang-orang yang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota.
- Kepercayaan konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi.
B. Tujuan Kolaborasi dengan Ahli Lain
secara Umum
1. Menjalin
hubungan baik antar konselor,konseli serta pihak lain sehingga ketika terjadi
permasalahan yang membutuhkan pihak ahli konselor dapat dengan mudah melakukan
penanganan.
2. Konselor
mampu membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan baik
3. Memberikan
berbagai informasi yang dibutuhkan konseli melalui ahli-ahli lain
C.
Berbagai Bentuk Kolaborasi dengan Ahli Lain
1. Dengan Pejabat Struktural
Pejabat
structural adalah orang-orang yang disertai tanggug jawab mengelola keseluruhan
program pendidikan di institusi pendidikan dalam berbagai aspeknya,seperti
kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi wakil kepala sekolah bidang
pengajaran dan wakil sekolah bidang pembinaan siswa.
Bagi
pejabat-pejabat structural ini konselor sekolah merupakan narasumber yang
sangat berarti karena konselor sekolah mengetahui banyak tentang populasi
siswa.
Namun
peranan konselor sekolah sebagai konsultan bagi pejabat structural tidak
tinggal terbatas pada menjadi narasumber saja. Dalam kasus-kasus tertentu yang
menyangkut jalannya kehidupan sekolah,seorang pejabat structural akan
menghubungi konselor sekolah untuk membicarakan permasalahn yang belum
terselesaikan secara tuntas atau membahas garis-garis kebijaksanaan yang
sebaiknya diambil. Oleh karena itu,pembicaraan antara konselor sekolah lebih
berfokus pada permasalahan yang dihadapi ,namun tidak berarti bahwa konsultan
dapat mengabaikan aspek komunikasi antarpribadi.
Hasil
pembicaraan konsultatif antara pejabat structural dan konselor sekolah dapat
mempunyai dampak yang luas,karena setiap perubahan positif dalam lingkungan
institusi sekolah mempengaruhi populasi siswa,bahkan staf tenaga kependidkan
yang lain.
Konselor
sekolah dapat menghubungi seorang pejabat structural atas inisiatifnya,bila ia
mengetahui ada permasalahan yang menyangkut suasana lingkungan seklah dan mekut
suasana lingkungan seklah dan menibulkan efek-efek sangat negative. Dalam hal
ini konselor sekolah harus mengutarakan fakta yang diketahui secara
objektif,tanpa membuka rahasia pribadi siswa dan menyatakan kerelaan untuk ikut
membantu menyelesaikan seandainya pejabat structural minta sumbangan pikiran.
Dengan
demikian konselor sekolah tidak mengambil oper tanggung jawab dari pejabat
structural dan tidak ingin menggantikan kedudukan pejabat itu,tetapi hanya menyampaikan
rasa keprihatinannya. Pembicaraan ini dapat menjadi titik awal dari proses
perubahan terhadap system social sekolah di mana konselor sekilah terlibat sebagai
konsultan
2. Kolaborasi dengan psikiater
Berdasarkan situasi kritis,konselor
perlu menerima situasi dan menciptakan keseimbangan pribadi dan penguasaan
diri. Situasi-situasi krisis dapat berupa masalah-masalah percobaan bunuh
diri,kehamilan yang tidak dikehendaki,kematian dan narkoba. Hal demikian
diperlukan tipe sikap dasar yang menyakinkan dari konselor seperti meredahkan
kecemasan klien. Konselor dapat mengatasi situasi sementara itu dan selanjutnya
klien dalam kancah develommental. Sehingga dibutuhkan kolaborasi dengan psikiater melalui dukungan tinggi dan
konseli harus menerima pengobatan yang lebih dalam
3.
Kolaborasi
dengan Lembaga Kesehatan
Pihak
sekolah terutama konselor melakukan hubungan dengan lembaga kesehatan. Hal itu
dilakukan agar siswa – siswi mengetahui pentingnya menjaga kesehatan serta
kebersihan baik lingkungan maupun pribadi. Hal itu perlu diberikan sesegera
mungkin agar siswa dapat mengntisipasi berbagai penyakit yang kemungkinan
menyerang siswa. Selain itu bagi beberapa pihak kesehatan yang memiliki
pengalaman lebih mampu berbagi cerita sehingga siswa-siswi memiliki motivasi
tersendiri untu mencapai mimpinya.
4.
Kolaborasi
dengan Pihak Berwenang (polisi)
Ketika
awal masuk skolah (MOS) seorang konselor memberikan penjelasan tentang
peraturan-peraturan yang berlaku. Kemudian melakukan kerjasama atau kontak
dengan polisi untuk memberikan penjelasan bahaya yang timbul saat siswa melanggar
peraturan yang berhubungan dengan tindak criminal seperti mencuri,minum-minuman
keras,menggunakan narkoba dll. Selain itu polisi juga bisa memberikan
penjelasan kenakalan remaja yang berada diluar lingkungan yag harus diwaspadai.
Saat terjadi permasalahan di sekolah yang berkaitan dengan tindak criminal
seorang konselor dapat member tahukan pada polisi,
Dengan kolaborasi tersebut siswa memahami dan
menjadi lebih waspada terhadap berbagai pergaulan di masyarakat serta peraturan
yang berlaku di sekolah. Selain itu siswa menjadi sadar akan bahaya yang
terjadi saat ia melakukan tindak criminal.
5.
Kolaborasi dengan DEPNAKER
Kerjasama dengan pihak DEPNAKER
bertujuan untuk membantu konseli dalam bimbingan karir. Dengan kerjasama ini
konselor mengetahui lowongan-lowongan kerja di berbagai daerah dan mengetahui
perkembangan yang terjadi di lingkungan kerja serta hal-hal yang dibutuhkan
untuk membantu siswa mendapatkan pekerjaan. Selain itu untuk siswa terutama SMK
dapat mengembangkan keterampilannya dengan optimal dan siap menghadapi
persaingan di dunia kerja.
Hal demikian perlu diberikan sesegera
mungkin agar siswa mampu memutuskan pilihan karirnya dan mampu mengembangkan
karir yang menjadi pilihannya. Sehingga kedepannya siswa tidak salah dalam
memilih pekerjaan.
D.
Hubungan
Kolaborasi dengan Berbagai Aspek
a.
Hubungan
dengan Aspek Pribadi-Sosial
1. Awal
untuk mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing
2. Memiliki
kesadaran tanggung jawab social dalam bentuk; mengembangkan pola-pola perilaku
sosial berdasarkan prinsip kesamaan (equality),menghayati nilai-nilai
kesamaan (equality) sebagai dasar berinteraksi dalamkehidupan masyarakat
luas, memelihara nilai-nilai persahabatan dankeharmonisan dalam berinteraksi
dengan orang lain
3. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4. Mempersiapkan diri, menerima dan
bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi
pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
5. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman
sebaya dalam peranannya sebagai pria dan wanita.
6. Memantapkan nilai dan cara
bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan yang lebih luas.
b.
Hubungan
dengan Aspek Akademik
1.
membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar melalui program remedial teaching;
2. Memberikan
informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati
siswa;
3.
Memberikan informasi tentang cara-cara
mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya secara efektif.
4.
Pihak sekolah mengetahui kegiatan
ekstrakurikuler yang dibina sekolah mengandung pedagogis yang besar asal tidak
berada diluar jangkauan kemampuan ekonomis siswa dan tidak terlalu jauh berbeda
dengan kegiatan-kegiatan yang disukai anak remaja
c.
Hubungan
dengan Aspek Karir
1. Memahami
perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan
informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja,
suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja)
2. Memberikan
informasi tentang harapan dan kekecewaan yang dirasakan orang tua,sehingga akan
membantu dalam proses pemilihan karir
3. Memiliki
wawasan informasi yang terkait dengan perencanaan dan pilihan karir dan kesiapan karir
4. Memelihara
penguasaan perilaku, nilai dan kompetensi yang mendukung pilihan karir
5. Mengenal kemampuan, bakat, dan minatr serta
arah kecenderungan karir dan apresiasi seni.
E.
Bentuk
Pelaksanaan Kolaborasi dengan Ahli lain
1.
Perencanaan
Perencanaan
merupakan hal-hal yang di perlukan sebelum kegiatan dilaksanakan. Sehingga saat
konselor akan melakukan kolabrasi dengan ahli lain maka dibutuhkan suatu
rancangan untuk menunjang terlaksananya layanan yang diberikan. Ada beberapa
rencana yang perlu disiapkan untuk membantu mencapai keberhasilan tersebut.
a. Melakukan
komunikasi dengan pihak sekolah
b. Menyiapkan
anggaran dana yang akan digunakan untuk pelaksanaan kegiatan
c. Memilih
intansi yang akan dijadikan narasumber
d. Melakukan
komunikasi dengan ahli-ahli lain,saat akan megadakan acara seperti seminar
e. Menentukan
lokasi yang akan dijadikan tempat seminar
f. Melakukan
kesepakatan waktu pengadaan kegiatan
2. Pelaksanaan
a. Menyediakan
berbagai fasilitas yang dibutuhkan dalam kegiatan
b. Mencari
berbagai informasi yang bekaitan dengan apa yang dibutuhkan konseli yang
membutuhkan penjelasan dari ahli lain
3.
Evaluasi
Evaluasi
adalah cara yang ditempuh oleh pembimbing untuk membandingkan hasil yang telah
dicapai dengan tujuan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Dengan kata lain
penilaian yang dilakukan terhadap kegiatan Bimbingan dan Konseling ditujukan
untuk menilai kesesuaian program,
pelaksanaan yang dilakukan oleh para petugas Bimbingan, dan hasil yang
diperoleh dari pelaksanaan program tersebut. Penilaian tersebut berkaitan
dengan 3 aspek,yaitu
1. Penilaian terhadap program layanan
2. Penilaian terhadap proses
pelaksanaan program layanan
3. Penilaian terhadap hasil (Product)
dari pelaksanaan kegiatan pelayanan
Salah satu model yang dapat digunakan dalam
kegiatan penilaian adalah model penilaian Stufflebeam’s yang terdiri
atas empat kategori penilaian yaitu :
1. evaluasi
konteks yakni berkaitan dengan penyediaan informasi dan penetapan tujuan yang
baik, lingkungan yang relevan, dan identifikasi masalah yang berhubungan dengan
program atau kegiatan,
2. evaluasi input yakni berkaitan dengan
penentuan memanfaatkan input dalam mencapai tujuan,
3. evaluasi proses yakni berkaitan dengan
pemberian umpan balik secara periodik dalam pelaksanaan program, dan
4. evaluasi hasil yakni berkaitan dengan
pengukuran pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya
Dari hal tersebut evaluasi yang dilakukan setelah melakukan
layanan kolaborasi dengan ahli lain diberikan adalah kelancaran
kegiatan,kesulitan-kesulitan yang terjadi,serta perbaikan yang dilakukan untuk
menghadapi kegiatan selanjutnya.
DAFTAR RUJUKAN
·
Rosyid.2010.Bimbingan dan Konseling di sekolah.
(Online)(http://www.rosyid.info/2010/07/bimbingan-dan-konseling-di-sekolah.html). Diakses tanggal 14 Maret
2011
·
Santoso,Djoko Budi.2009.Bimbingan dan Konseling di Sekolah.Malang : Tanpa Penerbit
·
SJ,WS Winkel.1991.Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.JakartPT Grasindo
·
_______.2011.Evaluasi program bimbingan dan konseling di sekolah.(Online) (http://mariberlari.blogspot.com/2011/03/evaluasi-program-bimbingan-konseling.html).
Diakses tanggal 3 Maret 2011
·
_______. Penilian Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(Onlie)(http://lembahgurah.multiply.com/journal/item/16/PENILAIAN_BIMBINGAN_KONSELING_DI_SEKOLAH_DAN_IMPLIKASI_PENGELOLAANNYA?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2F
). Daiakses tanggal 13 April 2012
Diakses 14 April 2012
ayu nurbaiti
elsa purwitasari
nur lailatul khoiriyah
hallo min . trimkash, tulisannya sangat mmbntu.
BalasHapusbolehkah saya minta foto cover buku yg di jdikan sumber rujukan?? 🙏🙏